Download Ebook Terjemahan Karya Brandon Mull
Delusions at High Altitude. Home; About; My writing.
Judul: The Hidden Oracle. - Seri: Trials of Apollo. - Seri Ke: 1 (Satu). - Penulis: Rick Riordan.
- Bahasa: Indonesia (Terjemahan). - Penerjemah: Reni Indardini. - Penyunting: Yuli Pritania. - Penerbit: Noura Books (Mizan Fantasi). - Tebal: 464 Halaman.
- ISBN: 978-602-385-230-7. - Rating: 5/5 Stars. - Review: Iyaa.
Aku ngereview buku Om Rick lagi. Padahal kalian sudah tau kalo aku bakal muji-muji dia. Kalian salah kali ini. Setelah aku menyelesaikan buku ini. Aku malah pengen nyekek tuh Om.
Tega bener ngorek-ngorek luka lama orang. Aku gak mau bilang apa sebabnya aku pengen nyekek si Om. Karena bakal spoiler parah.
Jadi kalau kalian ingin tau apa yang membuat aku kesel. Baca aja sendiri. Jangan pergi dulu. Aku nggak bilang kalo buku ini gak bagus lho ya! Aku emang kesel, tapi bukan berarti aku gak suka *halah. Aku malah suka banget banget sama buku ini.
Kenapa kalian bilang? Oke ini dia alasannya. Setelah seri Heroes of Olympus berakhir. Kalian pasti berpikir, akhirnya perjalanan Percy Jackson dkk.
Berakhir juga. Dan akhirnya mereka bisa beristirahat dengan tenang. Kalian salah. Di seri terbaru karya Rick Riordan kali ini, Rick mengambil tema yang berbeda dari biasanya. Kalau biasanya karakter utamanya selalu para Demigod, alias anak-anak para Dewa. Kali ini karakter utamanya adalah seorang Dewa. Santa v. the snowman cartoon theatre video. Dan Dewa itu adalah Apollo.
Dewa Apollo yang itu. Sang Dewa Matahari, Musik, Pengobatan, Panahan dll. Dewa sok keren dan narsis ini, akhirnya tersandung juga. Berkat salah saorang cucunya (kalau kalian sudah membaca Seri Heroes of Olympus, kalian tau siapa yang aku maksud).
Apollo mendapatkan kemarahan dari Ayahnya, Dewa Zeus, sang Dewa langit. Dan di kutuk menjadi manusia biasa dan dilemparkan langsung dari Olympus ke tempat sampah. Sudah cukup apes kah seorang Dewa matahari dijatuhkan dari langit dan mendarat ke tempat sampah? Jawabannya belum. Ketika terjatuh, Apollo menyadari satu hal. Dia tak bisa terbang, tidak juga bisa berubah wujud.
Padahal biasanya dirinya dapat dengan mudah berubah bentuk. Dan semuanya langsung menghantam dirinya. Apollo tak lagi menyandang gelar dewanya. Dia terjatuh sebagai manusia fana biasa, bernama Lester Papadopoulos. Setelah menyadari kondisinya, Apollo terpaksa harus mencari bantuan.
Dan cuman ada satu tempat di dekat sini yang menyediakan itu. Camp Half-Blood, alias perkemahan Blasteran. Setelah seri PJO. Camp Half-Blood sangat jarang ditampilkan lagi. Karna di seri HoO, Ketujuh Demigod mesti jalan-jalan lintas negara demi merampungkan ramalan mereka. Jadi mereka hanya bisa sebentar saja berada di Camp.
Dan buat kalian yang merindukan suasana Camp Half-Blood, kalian akan merasakan sensasi pulang kerumah di seri ini. Karena kita bakalan di manjakan dengan pemandangan Camp yang sudah sangat kalian rindukan. Kita bakalan bertemu dengan beberapa pekemah lama, dan para pekemah baru yang aku belum sempat hapalin nama-namanya ini.
Jadi bagaimana? Akankah kalian sanggup menghadapi kegalauan sang Dewa. Segera lah adopsi buku terbaru karya Rick Riordan ini. Dan rasakan sendiri sensasinya.
Nasib (eks) Briptu Norman Kamaru kini persis seperti kata pepatah “ sudah jatuh tertimpa tangga“. Sudah dipecat dengan tidak hormat oleh instansi tempatnya bertugas (Polda Gorontalo), dihujat pula oleh banyak orang, terutama di berbagai forum di dunia maya. Kasihan oh kasihan. Alasan para penghujat, antara lain, adalah karena Norman melakukan tindak indispliner dengan mangkir bertugas selama 2 bulan berturut-turut. Dan itu menurut mereka bukan cerminan citra polisi yang baik. Apalagi buat polisi selebritas sekaliber Norman Kamaru yang terlanjur jadi idola. Barangkali awalnya para penghujat ini adalah pemuja Norman Kamaru yang terlalu menaruh ekspektasi berlebihan di pundak si belia Norman.
Dengan munculnya video Youtube Norman dengan goyangan C haiya-Chaiya yang asyik, seakan mereka menemukan katarsis atau oase di tengah timbunan kekecewaan mereka terhadap citra dan kinerja kepolisian negeri ini yang memprihatinkan. Mereka berilusi dengan munculnya Norman sebagai ikon polisi yang humanis (berjoget ceria) maka kepolisian akan terdorong untuk lebih baik. Di beberapa kesempatan, pihak kepolisian juga tampak aktif memanipulasinya dengan sederet move kehumasan, seperti mengundang Norman ke mabes Polri dan memberikan penghargaan dll. Namun, apakah lantas kisahnya menjadi happy ending? Tidak, bagaimanapun Norman Kamaru adalah manusia biasa. Ia punya jiwa, ia punya kebebasan. Sebagai manusia, ia punya passion.